Minggu, 15 Mei 2011

Sara Bareilles: Memimpikan Grammy dan Kuda

ara Bareilles, musisi Amerika Serikat yang populer dengan lagu "Love Song", mengadakan konser Kaleidoscope Heart Tour 2011 di Jakarta pada Jumat, 12 Mei, malam. Yahoo! Indonesia mewawancarai Sara kurang dari dua jam setelah ia mendarat di Jakarta — dan semua pertanyaan dijawab dengan sangat ramah dan antusias.

Penyanyi berusia 31 tahun ini mengungkapkan impian dan ketakutannya dalam memulai karya. Simak kutipan wawancaranya berikut ini:

Bagaimana kamu mendeskripsikan album terakhirmu, Kaleidoscope Heart?

Saya rasa album ini adalah tentang keberanian dan menghadapi ketakutan. Memulai karya ini sangat berat untuk saya. Saya gugup dan takut membayangkan bagaimana wujud album saya yang berikutnya. Saya banyak menyemangati diri sendiri dengan kalimat seperti “Ayo, kamu bisa!”. Akibatnya di album ini banyak lagu yang memberi semangat. Selain itu, juga ada beberapa lagu mengenai kisah sedih dalam hidup saya. Cakupannya lebih luas dari album sebelumnya.

Jadi lagu itu berasal dari pengalaman pribadimu?
Ya, pastinya. Lagu adalah buku harian saya. Lagu membantu saya untuk lebih baik memahami hidup. Saat ada peristiwa yang sangat emosional, saya selalu mengadu pada piano. Saya menghibur diri saya sendiri melalui musik, dan itu menghasilkan karya. Cara ini memang sudah saya lakukan sejak kecil.
Sara Barreiles Foto: Bernard Chaniago/ Yahoo!


Single pertama, “King of Anything”, disebut-sebut sangat berperspektif perempuan. Apakah benar begitu?
Sekarang ini orang cenderung banyak mengkritik melalui Internet, karena mereka mengira identitasnya tersembunyi.

Lagu itu bercerita mengenai semacam pemahaman bahwa semua orang memang bisa berpendapat mengenai hidupmu. Tapi semuanya terserah kamu, mau mendengarkan orang lain atau tidak. Pada akhirnya, itu tentang berkata "Siapa peduli? Apa yang saya lakukan bukan urusanmu." Ya, ini tentang girl power.
Bagaimana kamu menyikapi kritik?
Saya hanya menyiapkan senjata dan bersiap-siap. Dalam pekerjaan ini, saya harus membuka diri terhadap kritik. Beberapa orang memang suka karya saya dan beberapa tak suka, dan semuanya sangat berminat menyatakannya pada saya.

Saya menggunakan lagu untuk menanamkan mantra di kepala. Apa pun yang mereka pikir, terserah. Saya lakukan apa yang saya suka. Saya berusaha tidak terlalu sering membaca ulasan mengenai musik saya. Karena pujian hanya akan membuat saya besar kepala sedangkan kritik membuat saya merasa terpuruk.

Saya menulis lagu berjudul “Machine Gun” di album terbaru yang bercerita tentang kritik yang jahat. Sekarang ini orang cenderung banyak mengkritik melalui Internet, karena mereka mengira identitasnya tersembunyi. Mereka bersembunyi, sehingga bisa menjadi jahat pada orang lain. Saya pikir orang-orang semacam itu tak punya integritas.

Kalau begitu apakah kamu mendengar saran dan kritik dari fans, terutama melalui Twitter?
Kadang orang memang memberi kritik yang menyakitkan di sana, tapi sebagian besar memberi respons yang positif dan membangun. Sepertinya lebih menyenangkan bagi orang-orang untuk menyapa, seperti "Hai Sara," dan meminta lagu yang akan dimainkan di konser.

Kemarin di Twitter, saya meminta orang menyarankan lagu apa yang harus jadi single selanjutnya. Ada banyak sekali saran yang berbeda-beda. Saya harus menyortir lagi, karena banyak sekali pendapat yang berbeda. Ini di luar dugaan. Ada banyak yang suka “Let the Rain”, tapi banyak juga yang suka “Hold My Heart”, “Gonna Get That Over You” dan “Machine Gun”. Jadi saya harus merenung dulu untuk memutuskan, mungkin harus meditasi dulu (tertawa).

Bagaimana rasanya jadi bintang?
Saya tak merasa jadi bintang. Banyak orang bertanya, bagaimana rasanya jadi terkenal padahal saya tak merasa terkenal. Saya hanya mengalami petualangan yang menyenangkan saat bermain musik di seluruh dunia untuk orang-orang.

Saya merasa seperti mendapat lotere. Saya bisa melakukan hal yang menyenangkan, keliling dunia, bisa berbincang hal yang menyenangkan dan bicara tentang diri saya sepanjang waktu. Sungguh, saya merasa sangat diberkati. Saya bekerja keras dan saya tahu saya beruntung.

Ada target spesifik setiap kali merilis album?
Tujuan utama saya saat membuat lagu adalah memastikan bahwa saya sangat bangga terhadap karya saya. Industri musik tidak bisa diprediksi — saya tak pernah bisa menebak bagaimana cara kerjanya. Hal yang bisa saya pastikan hanyalah, saya mencintai apa yang saya lakukan. Saya ingin memberikan musik yang membuat orang bisa merasa terhubung dengan musik saya, supaya orang merasa nyaman, senang dan membuat mereka tertawa. Musik saya adalah untuk penggemar saya.

Kamu dinominasikan Grammy tiga kali. Apakah Grammy akan menjadi impian terbesar kamu sebagai musisi?
Ya, saya mendapat nominasi tiga kali tapi gagal menang. Terima kasih sudah mengingatkan (tertawa).

Saya akan senang sekali mendapatkan Grammy. Adalah kehormatan besar telah dinominasikan, tapi tentu berbeda jika saya bisa pulang membawa satu piala.

Kalau memang ada satu hal yang bisa saya impikan sebagai puncak karir, itulah Grammy. Sejak kecil saya sudah melihat Grammy melalui televisi. Saat itu saya memimpikan untuk mendapat Grammy. Pasti akan menyenangkan. Selain itu, saya juga ingin punya kuda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar